perangsang onani

cerita sex khusus dewasa untuk berfantasi

Monthly Archives: April 2012

pembantuku bekas pelacur

Setelah sekian lama saya mengikuti cerita di homepage ini, rasanya saya juga ingin berbagi pengalaman antara sesama pencinta cerita Rumah Seks, mungkin pegalaman ini layak di ketahui para pembaca cerita Rumah Seks.

Saya tinggal sama ibu, bapak, adik, dan juga kakak saya. Di rumah saya juga ada seorang pembantu yang baru diambil ibu untuk bantu-bantu di rumah, pembantu ini menginap dan tidur di kamar belakang. Mukanya lumayan cantik, dan juga bentuk bodinya wooii seksi sekali, rasanya tidak layak menjadi seorang pembantu, setidaknya sekretaris di kantorlah.

Biasanya sebelum tidur saya baca buku porno sambil onani dan membayangkan yang nggak-nggak, kadang-kadang saya membanyangkan main sama Desy Ratnasari, Krisdayanti, dll. Kalau mut saya kambuh, saya langsung setel itu VCD di komputer saya yang saya pinjam dari tempat sewa, di situ saya mulai onani dan sampai kadang-kadang saya nggak bisa tidur lagi, jadi bawaannya mau onani melulu, saya bisa sampai 10 kali dalam sehari, kalau memang nafsu saya memuncak.

Waktu itu nafsu memuncak, saya pelan-pelan bangun jam 12 malam, dan buka komputer langsung stel VCD porno, tapi bertepatan dengan itu si pembantu saya (namanya: Dewi), itu keluar mau minum, lalu si Dewi melihat ada lampu bohlam menyala di atas, dan si Dewi beranjak ke atas, selangkah demi selangkah tanpa saya sadari. Dan melihat saya lagi memegang penis saya dan lagi serunya lihat VCD, lalu Dewi mendekati saya dan berkata:
“Blom tidur, Mas Philip?” sambil mendekat ke arah saya.
“Nggak bisa tidur”, jawab saya sambil saya melihat payudara besar itu.
“Itu film porno ya, jorok ih”, ujarnya sambil duduk di samping saya.
“Benar, tapi suka khan?” sambut saya sambil melihat ke arah mukanya.
“Ih nggak lha yau?” jawabnya dengan tanpa basa basi.

Lalu saya sama dia terus bercanda-canda sambil nonton film porno, saya mulai pegang tangannya, dan juga langsung saya rembet ke pinggul langsung ke payudara, tapi herannya ini orang malah senang, cuma berkata “Ihk genit amat sih”, sambil tersenyum. Penis saya sudah tegang dan payudara yang besar itu juga sudah semakin membesar serta vagina yang basah seperti air terjun. Lalu saya mendekati dia memegang mukanya dan perlahan-lahan saya cium pipinya lalu merembet ke bibirnya yang seksi itu, setelah saya memasukkan mulut saya ke bibir dia, dengan kerasnya dia menarik kepala saya, masuk ke dalam supaya ciumnya lebih nikmat dan lebih dalam. Dalam hati saya, ini orang benar-benar sudah professional padahal seorang pembantu? Lalu sambil ciuman saya pegang buah dada yang sebesar kepala saya sendiri, setelah itu saya mau buka baju, tapi langsung tangannya menahan saya dan bilang, “Jangan di sini nanti ketahuan sama ibu.”

Lalu sambil ciuman saya beranjak ke kamar saya, dan perlahan-lahan sambil saya “cipokan” sama dia saya juga buat cupangan di lehernya dan perlahan-lahan langsung dibuka bajunya dan roknya, sekarang tinggal BH dan celana dalamnya, diam-diam langsung saya cium dan kecup BH-nya dan saya lihat wah betapa indah pentilnya yang hitam itu langsung saya hisap dan dia merintih, “Ahh.. seiiss.. nikmat.. akh..”, sambil memegang penis yang masih pakai tapi sudah tegang. Langsung saya buka celana, baju dan semuanya begitu juga dengan dia, dan saya lihat oh betapa indahnya tubuh dari orang ini, benar-benar ini hari yang menyenangkan bagi saya. Langsung saya ajak dia tiduran sambil mencium payudaranya yang sekal itu dan saya perlahan-lahan memasukan jari ke vaginanya dan dia menjerit kesakitan tapi nikmat, dan dia berkata “Jangan pakai tangan, pakai penis lebih nikmat”, lalu tanpa basa basi saya mulai memasukan itu penis ke vaginanya yang sudah basah itu, tapi sayangnya saya suka banget sama onani jadi terpaksa permainan itu sebentar dan tidak lama, tapi dia juga menikmatinya.

Selesai dari itu dia tiduran di bahu saya dan berkata, “Suka main dimana?” lalu saya menjawab, “Baru pertama sama situ”, dia nggak percaya, dan saya bilang “Iya benar selama ini mau main tapi takut HIV, tapi sekarang mah nggak takut lagi.” Lalu dia berkata, “Saya sebenarnya ke sini ingin bekerja, karena kerja saya yang dulu kotor”, dengan polosnya dia berbicara. Saya tanya, “Kotor bagaimana?” “Iya saya pernah menjadi seorang pelacur di diskotik TOPONE”, lalu saya belai rambutnya sambil mengatakan dalam hati, “Pantas kayaknya kok professional sekali ini orang.”

Lalu saya setiap hari terus main dan main terus, sampai saya konsultasi sama teman-teman saya yang doyan seks bagaimana supaya saya tahan lama, dan mereka memberikan solusinya, sampai sekarang dia sangat menikmati kepedihan penis saya yang begitu dashyat. Sampai saat ini saya melakukannya setiap malam, cuma pada waktu dia haid saya tidak melakukannya. Pokoknya saya makin betah di rumah dan main terus sama ini orang, sudah GRATIS nikmat lagi.

mbak marni dukunku

Cinta ditolak dukun pun bertindak. Yah.. Pepatah itulah yang cocok dengan keadaanku. Gara-gara dicampakkan oleh wanita, akhirnya aku menempuh cara sesat untuk mendapatkan keinginanku.

Oh ya sebelumnya perkenalkan dulu, namaku Aryo, bujangan desa Klithikan, Tegalgondho, Klaten. Sudah tiga tahun ini aku naksir dengan Ningsih, cewek yang menjadi kembang di desaku. Segala cara aku lakukan untuk memikatnya. Sampai akhirnya, aku beranikan diri untuk menyatakan cintaku. Tepat saat bulan purnama malam selasa kliwon aku ungkapkan seluruh perasaanku padanya. Namun harapan tinggallah harapan. Jawaban yang keluar dari mulut Ningsih tidak sesuai dengan keinginanku.

“Maaf, Kang, Ningsih selama ini hanya menganggap Kang Aryo seperti kakak sendiri, tidak lebih!” begitu jawaban Ningsih. Saat itu jantungku terasa seolah-olah berhenti, tubuhku lemas, kedua kakiku terasa lumpuh. Dalam hati aku bersumpah akan mengejar dan mendapatkan Ningsih meskipun harus sampai ke kolong neraka sekalipun.

Dua minggu berlalu, aku terus berpikir bagaimana cara mendapatkan cinta Ningsih. Sampai akhirnya aku sowan ke Mbak Marni. Janda kembang berumur 32 tahun dengan profesi dukun beranak sekaligus seorang paranormal. Dengan sabar Mbak Marni mendengarkan semua curahan hatiku. Senyum dan tatapan matanya yang teduh membuatku leluasa menceritakan kisahku.

“Aku paham dengan semua yang kau rasakan.” Mbak Marni membuka pembicaraan.
“Menurut pandangan bathinku Ningsih bukan jodohmu.”
“Tapi Mbak, aku nggak peduli, pokoknya aku harus mendapatkannya” sergahku.
“Ehm, ternyata kau orang yang keras kepala juga, ya?” jawab Mbak Marni dengan tersenyum.
“Baiklah jika engkau terus bersikukuh dengan keinginanmu, aku tidak bisa menentangnya, namun aku akan tetap membantumu.”

Sesaat kemudian dia beranjak dari beranda rumah tempat kami mengobrol sejak tadi. Kupandangi sosok tubuhnya yang masih kelihatan padat berisi dan montok. Pantas saja dijuluki janda kembang, pikirku.

“Aryo, kemari cah bagus!” terdengar suara dari dalam rumah. Mbak Marni memintaku masuk. Dia memegang satu botol kecil cairan kental putih, dan menyerahkannya padaku.
“Apa itu, Mbak?” tanyaku.
“Buka dan ciumlah baunya, kau pasti mmengetahuinya. Aku pun menuruti perintahnya. Sesaat bau amis merebak di seluruh ruangan.
“Seperti bau.. bau.. air mani.” celotehku.
“Yang kau katakan itu benar, Aryo, itu adalah air mani. Namun itu bukanlah sembarang air mani, itu adalah hasil ritual ilmu pelet nguyup pejuh” jelas Mbak Marni.
“Ilmu ini adalah salah satu ilmu pelet terdahsyat dan hanya dapat ditandingi oleh ilmu jaran goyang.” jelasnya.
“Sekarang engkau pulanglah, besok pada saat malam bulan purnama datanglah lagi ke rumahku, akan kuturunkan ilmu ini padamu.” Setelah berpamitan, kutinggalkan rumah Mbak Marni, aku melangkah dengan harapan yang baru. Dalam benakku Ningsih seolah-olah sudah berada dalam genggamanku.

Malam yang ditunggu pun tiba juga. Dengan cepat kuayunkan langkahku menuju ke rumah Mbak Marni. Sesaat kemudian sampailah aku di rumahnya. Kuketuk pintu rumah itu.

“Aryo, masuklah. Kutunggu kau di kebun belakang rumah.” ternyata itu suara Mbak Marni. Aku pun heran, mengapa dia menungguku di kebun belakang rumah.

Dengan melewati beberapa parit kecil dan tanah becek, aku pun sampai di sebuah kebun. Namun ini seperti bukan sebuah kebun, melainkan lebih seperti lapangan kecil. Dari kejauhan aku melihat sosok manusia di kegelapan. Ya, itu Mbak Marni, namun ada yang aneh dengan pakaian yang dikenakannya. Jujur saja dia hanya mengenakan kain mori putih tipis yang dililitkan di tubuhnya.

Sejenak darah mudaku berdesir melihat pemandangan itu. Bagaimana tidak, kain itu seperti tidak muat menutupi tubuh Mbak Marni yang sekal dan montok, seolah-olah buah dadanya yang besar akan tumpah keluar, sedangkan bagian bawah kain tersebut hanya menutupi 30 cm di atas lututnya. Aku pun baru tersadar, Mbak Marni ternyata memiliki tubuh yang tidak kalah dengan bintang-bintang top Bollywood.

“Aryo!” Mbak Marni memecah lamunanku.
“Malam ini aku akan ajarkan ilmu pelet nguyup pejuh padamu. Namun sebenarnya ilmu ini hanya untuk orang dewasa. Soalnya nanti kau akan melihat dan melakukan sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa.” Perkataan Mbak Marni membuat jantungku berdegup kencang.
“Aryo, ilmu ini terdiri dari tiga bagian, kita lakukan bagian yang pertama dulu. Kau lihat baik-baik gerakanku! Namun sebelumnya buka seluruh pakaianmu dan pakailah ini.”

Lalu Mbak Marni menyodorkan secarik kain putih yang di kedua ujungnya terdapat tali sehingga bentuknya seperti cawat. Aku pun menuruti perintahnya. Kulepas semua pakaianku, hingga hanya secarik kain ini yang menutup tongkolku.

Bagian pertama ilmu ini pun dimulai. Mbak Marni mulai memperagakan gerakannya. Di bawah sinar bulan purnama, Mbak Marni seperti bidadari yang sedang menari. Gerakan yang diperagakannya sangatlah erotis, hingga aku berpikir sepertinya dia sedang mencoba membangkitkan gairah birahiku. Aku pun semakin tidak tahan melihat gerakan erotisnya hingga tongkolku akhirnya bangun juga. Berbagai cara kulakukan untuk menidurkan kembali tongkolku namun selalu gagal.

“Aryo, bagian pertama selesai.”

Mbak Marni menyudahi gerakannya. Dengan bermandi keringat dia mendatangiku. Kain yang melilit tubuh Mbak Marni yang basah menempel di kulit tubuhnya sehingga terlihat jelas setiap lekuk tubuhnya. Dan aku dapat memastikan bahwa selain kain yang melilit tubuhnya, Mbak Marni tidak memakai BH dan celana dalam karena saat itu juga kulihat ada bayangan puting susu yang mencuat di kedua payudaranya sekaligus ada seberkas bayangan hitam di bawah pusarnya. Aku pun semakin bingung melihat semua itu hingga tongkolku pun semakin mengeras, apalagi ketika mata Mbak Marni dari tadi terus mengamati keadaan tongkolku yang tegang terbungkus kain itu.

“Hm, besar juga.” seloroh Mbak Marni.
“Eh, apa Mbak?” tanyaku salah tingkah.
“Itu, burung kamu” jawabnya singkat.
“Aryo, kamu tidak perlu malu, dan tidak perlu menutupinya karena itu berarti kamu sudah dewasa, seharusnya kamu bangga.” jelas Mbak marni.

“Aryo, di bagian kedua nanti kau harus mengikuti semua perintahku. Aku akan memperlihatkan segalanya kepadamu.” jelas Mbak Marni lagi.
“Apa maksudnya, Mbak?” aku pun semakin bingung.
“Simpan pertanyaanmu! Ayo ikuti aku, Aryo!” Lalu kami pun meninggalkan tempat tadi. Mbak Marni mengajakku masuk hutan.
“Kita akan kemana, Mbak?” tanyaku.
“Kita akan ke Candi Ireng.”

Candi Ireng adalah tempat keramat di desa kami tidak sembarang orang bisa mendekatinya. Akhirnya kami pun sampai di Candi Ireng. Candi itu keadaanya sangat tidak terawat, banyak lumut tumbuh di sana-sini. Di depannya, tepatnya di bagian serambi seperti ada altar untuk penyembahan.

“Aryo bagian kedua dari ilmu ini memang agak menjijikkan, namun aku jamin kau akan suka.” jelas Mbak Marni dengan senyum menggoda. Kemudian Mbak Marni mendekatiku, ia berada persis di depanku.
“Namun sebelumnya aku ingin jelaskan tentang letak titik cakra manusia, Aryo. Titik cakra itu akan diaktifkan pada ritual kedua ini. Aryo, pada wanita, titik cakra terletak pada kedua payudara dan kelentit atau klitoris pada vaginanya.”
“Biar kutunjukkan padamu!” lanjutnya.

Dengan tanpa malu-malu, Mbak Marni melepaskan satu-satunya kain yang menutupi tubuhnya hingga tidak ada satu benang pun yang melilit tubuhnya. Aku pun diam terpaku melihat kenyataan itu. Bagaimana tidak, baru kali ini aku melihat tubuh orang dewasa yang telanjang bulat. Bagian tubuh yang tadi samar-samar terlihat, kini lebih jelas. Kedua buah dada Mbak Marni yang besar, montok dengan kedua puting yang mencuat menantang berwarna kemerahan. Sedangkan bagian di bawah perutnya tampak rambut hitam yang lebat.

“Pegang ini Aryo!” Mbak Marni menyuruhku memegang kedua payudaranya yang besar. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Kupegang dengan lembut kedua bukit yang mencuat itu. Kuraba perlahan dan kurasakan bagian putingnya yang mengeras, dan dengan spontan aku meremasnya.
“Akh, kamu nakal ya, Aryo!” desahnya genit.
“Nah, untuk cakra yang kedua adalah bagian ini, aku bantu kau untuk menemukannya”, lanjutnya.

Mbak Marni kemudian tidur telentang di atas altar, keadaannya seperti bayi yang baru lahir. Kedua pahanya dibuka, sehingga tampak sebuah lubang yang menganga dengan rambut yang tumbuh lebat di sekelilingnya.

“Mendekatlah Aryo, coba cari cakra yang kedua.” perintah Mbak Marni sambil kedua jarinya membuka vaginanya.
“Di bagian atas Aryo, yang menonjol kecil itu!” teriaknya.

Aku pun melaksanakan perintahnya, kusentuh bagian tonjolan kecil di vaginanya, kemudian kupermainkan. Mbak Marni pun menggelinjang seperti orang kesurupan sambil sekali-kali menggigit lidahnya. Aku yang semakin terbakar birahi mulai mencium memiawnya, tanganku pun spontan bergerilya meremas-remas payudara Mbak Marni yang kini ukurannya semakin menakjubkan.

“Sst.. Akh.. Aryo!” desah Mbak Marni. Sesaat kemudian karena asyik menjilati kemaluan Mbak Marni, aku tidak sadar bahwa ada cairan bening menetes dari memiaw Mbak Marni.
“Ar.. yo.., se.. bentar la.. gi a.. ku a.. kan or.. gas.. me, ka.. mu ha.. rus siap ya, ah..!” desahnya lirih terputus-putus.
“Siap apa Mbak?” tanyaku sambil terus meremas dan mempermainkan putingnya.
“Mi.. num semua cai.. ran kemalu.. anku karena ini adalah sya.. rat bagi.. an ke.. dua!”

Benar juga, sesaat kemudian ada cairan yang menyemprot dari lubang kelaminnya. Aku pun segera menghisap seluruh cairan kental itu, rasanya agak asin dan amis namun aku tidak peduli hingga kuhabiskan semua cairan itu dan sesekali aku menjilati cairan yang masih menempel di rambut vaginanya.

“Cukup Aryo!” sergah Mbak Marni sambil terengah-engah. Kemudian dia pun bangkit dari posisinya. Ia kemudian membersihkan kemaluannya yang basah.
“Sekarang kita melakukan bagian ketiga, Aryo. Sedangkan titik cakra laki-laki adalah pada air mani yang dikeluarkannya. Sekarang giliranmu melepaskan kain itu!” perintahnya sambil terengah-engah.

Aku segera melepaskan kain yang menutup tongkolku. Di hadapan Mbak Marni aku tidak malu-malu lagi. tongkol yang tadi seperti terbelenggu kini dengan bebasnya berdiri tegak.

“Sekarang keluarkan air manimu dan letakkan dalam botol kecil ini.” perintahnya.

Aku segera mengocok tongkolku sambil melihat tubuh telanjang Mbak Marni yang duduk sambil membuka pahanya. Sesaat kemudian, crut.. crut! Cairan putih keluar dari kemaluanku dan kutampung hingga sebentar saja botol itu sudah penuh. Mbak Marni tersenyum dan ia segera bangkit dari altar tempat ia duduk.

“Aryo, prosesi ritual telah selesai, sekarang kenakan kembali kain itu!” perintah Mbak Marni sambil mengenakan kembali kainnya.
“Ilmu pelet ini sudah kamu dapatkan, tinggal oleskan pada tubuh Ningsih, maka dia akan tergila-gila padamu.”
“Sekarang ayo kita pulang!”

Akhirnya kami pun meninggalkan candi dan seluruh prosesi ritual. Sebenarnya jauh dalam lubuk hatiku aku masih penasaran. Aku sebenarnya masih ingin menikmati tubuh Mbak Marni yang sintal. Namun aku tahu bahwa Mbak Marni adalah seorang yang professional, dia tidak akan melakukan sesuatu di luar tugasnya.

Esoknya, ilmu yang baru kuperoleh tadi segera kuterapkan pada Ningsih. Dan benar, dia kemudian tergila-gila padaku dan bahkan sampai menyembah-nyembah minta dikawini. Aku pun lega, tidak lupa aku ucapkan terima kasih pada Mbak Marni atas segala bantuannya dan segala pengalaman mendebarkan yang diberikannya selama ritual “Ilmu Pelet Nguyup Pejuh” itu.

sex Suami ibu angkatq

Aku tinggal dengan ibu angkatku, yang sebelumnya adalah majikanku. Aku berhasil
menyelesaikan sekolahku lewat paket kejar C sehingga paling gak aku punya ijasah
sekolah menengah walaupun tidak melalui sekolah formal. Maklumlah, biaya sekolah
kan mahal sekali, jadi ya dipakailah segala cara dengan biaya minim tapi bisa
mendapatkan ijasah formal. Selanjutnya aku mengambil kursus komputer dan
bahasa inggris. Aku sekarang ini bekerja di satu kantor milik suami ibu angkatku
sebagai tenaga admin. Aku berusaha bekerja sebaik mungkin untuk menunjukkan
pada ke 2 ortu baruku bahwa aku bukan manusia benalu, apa yang aku pake untuk
hidup sebagian adalah hasil jerih payahku sendiri. Mereka menghargai usahaku
untuk terus meningkatkan diri, sehingga praktis tidak ada hambatan yang berarti
dalam bekerja walaupun aku nol pengalaman. Paling tidak gak ada yang komplain
tentang hasil kerjaku selama ini, aku pikir ya memenuhi standardlah hasilnya.
Bapak (suami ibu angkatku) baik kepadaku, selalu memberi perhatian penuh selama
dikantor dan dirumah. Aku tidak merasa ada ketidak wajaran dalam hubungan kami
selama ini. Sampai suatu hari ibu harus menengok sodaranya yang sakit diluar kota
untuk beberapa hari. Tinggallah aku berdua bapak dirumah. Bapak umurnya
memang lebih muda dari ibu, tapi gak kelihatan karena orangnya memang
berwibawa baik dikantor maupun dirumah.

Hari itu jumat malem, kami berdua santai saja sepulang kantor. Bapak mengajakku
makan di resto sebelum pulang, dirumah kan gak ada yang masak, jadi gak ada
makanan. Kalo nasi saja sih aku bisa nyiapin, tinggal masak pake rice cooker.
Lauknya yang aku gak bsa masaknya. Malem itu bapak lebi romantis, sehabis
makan dia mengajakku ke mal, di mal aku digandeng2nya. Dia membelikanku
pakean, satu hal yang gak pernah dilakukan selama ini karena aku selalu membeli
sendiri pakeanku. “Wah bapak kok royal sih malem ini, dah traktir Dina makan, eh
beliin baju lagi”. “Sekali2 kan bole dong, napa kamu keberatan? “Ya enggak lah pak,
masak dimanja2in bapak sendiri keberatan”. “Tu cowok yang sering jemput2 kamu
pacar ya Din?. “Iya pak, gantengkan”. “Gantengan juga aku”, candanya. “Iyalah,
bapak lebih mateng”. “Kalo mateng bentar lagi bonyok dong”. “Kok bonyok pak”.
“Iya pepaya kalo dah mateng kan sering bonyok jadinya kalo dipotong”. Aku tertawa
mendengar candanya. “Kalo jalan ma dia pacaran ya Din”. Aku hanya mengangguk.
“Ngapain ja pacarannya”. “Ih bapak kok nanya2 yang privat si”. “O gak boleh toh,
sori deh”, “Bukannya gak boleh pak, Dina malu ja”. “Napa mesti malu, ya wajarkan
kalo lelaki dan prempuan yang saling suka pacaran, aku cuma pengen tau ja kamu
ngapain kalo pacaran”. “Ya biasalah pak, gimana si kebiasaan orang pacaran”.
“Ciuman?” Aku mengangguk.”Sembari ramah?” “Ramah?” tanyaku gak ngerti. “Iya
pasti cowok kamu ramah deh, kamu kan seksi gini. Rajin menjamah”. Aku tertawa
lagi. “Ramah ya Din”. Aku kembali menggangguk. Memang cowokku kalo ciuman
selalu ngeremes toketku, malah akhir2 ini sering menguyel2 it ilku sampe aku klimax.
“Asik dong, setelah ramah?” aku diem, aku malu kalo harus crita bahwa cowokku
sering ngen totin aku kalo dah sama2 napsu. “Kok diem Din, kamu dah ngelakuin ya
ma cowok kamu”. Aku cuma mengangguk aja. “Gitu ja malu. Kalo dah napsu ya
ngen totlah. Nikmat ya Din”, Aku ucuma mengangguk lagi. “Gede gak kon tolnya”.
Pertanyaannya makin menjurus dan vulgar. “Rasanya gede pak”. “Kok rasanya?”
“Iya kan Dina belon pernah liat yang laen selain punya cowok Dina”. “Kamu
ngelakuinnya dimana” “Dia suka ngajak Dina ke motel pak”. “6 jam dia kuat brapa
kali”. Kok bapak tau kalo sewanya 6 jam, hayoo sering ke motel ya, pasti bawa
abege ya pak”. Giliran dia yang senyum2 saja, dia tidak menjawab malah terus
nanya, “Maennya brapa kali Din”. “Seringnya 2 kali, pernah kalo dianya napsu
banget ampe 3 kali”. “Pake kondom?” “enggak pak”. “Kluar diluar?”. “didalem”.
“Gak takut hamil?” “Dina dikasi obat, kalo lagi subur habis maen Dina minum
obatnya”. “Bukan pil kb ya”. “Bukan pak, katanya obat anti hamil emergency”. “Baru
tau aku, belinya dimana”. “Wah bapak mo ngasi obatnya buat abege yang nemenin
bapak di motel ya”. Dia hanya senyum2 saja. “Kuat juga ya cowok kamu, bisa
sampe 3 kali”. “Iya pak, udahannya Dina ampe lemes deh”. “Tapi nikmat kan”.
“Banget”. “Mangnya dia lama ya maennya”. “Yang ke 2 suka lama pak, Dina bisa
beberapa kali klimax baru dia keluar. Makanya udahannya lemes deh”. “Yang
pertama?” “Suka Dina isep sampe keluar di mulut”. “Kamu telen”. “Iya, disuruh sih,
katanya gizinya tinggi”. “Wah kamu dah pengalaman dong, jadi pengen”. “Pengen
apaan pak?. “Pengen maen ma kamu”. “Loh kok”. “Iya gak apa kan, kamu kan
bukan anak ibu, aku dah lama napsu kalo liat kamu, Kamu tu cantik, toket kamu
lumayan gede lagi, pantes cowok kamu doyan ngeremesnya”. “Bapak ah”. Kami dah
sampe rumah, ngobrol itu kami lakukan sepanjang perjalanan pulang dari mal.

Aku segera masuk kamarku, mandi. Setelah itu aku keluar hanya mengenakan
pakean rumahku, celana pendek dan kaos gombrong. saking gombrongnya sampe
menutupi celana pendekku, kaya daster aja. Kebiasaanku dirumah aku gak pernah
pake bra. Di ruang tengah kulihat bapak sedang duduk santai, dia juga dah mandi,
juga pake celana pendek dan kaos oblong. Dia lagi nonton tv. aku duduk
disebelahnya, “Makasi ya pak buat pakeannya”. “Dah dipas”. “Udah pak, pas
banget”. “Nonton film asik yuk”. “Film apaan pak”. Dia memasukkan dvd ke
playernya dan menjalankannya. Wah film bokep rupanya, abege thailand maen ma
bule. aku tau dari text yang ekluar pake huruf yang kaya cacing gitu. “Punya cowok
kamu segede punya bule itu”. “Ih gede banget ya pak, cowok Dina punya gak
segede itu, jadi kecil kelihatannya kalo dibanding ma si bule”. “Kecil ya kamu dah
terkapar ya Din, palagi yang besar”. Dia mulai memelukku dan mencium pipiku. Geli
rasanya pipiku tergeser kumisnya. Serenade wajib ah uh terdengardari pasangan
yang lagi gelut di dvd. Napsuku mulai bangkit. Tangannya mulai bergerilya ke
toketku, dielus2nya pentilku sehingga menjadi keras. “Din, kamu dah napsu ya, pentil
kamu dah keras”. “Bapak sih nakal”, kataku sambil mencubit pinggangnya. Dia
langsung mencium bibirku sambil meremas2 toketku. Aku terdiam, napasku mulai
memburu terengah. Aku bersandar di dadanya yang bidang. Dia mulai menciumi
leherku sementara kedua toketku terus saja diremes2, sehingga napsuku makin
berkobar. Kembali dia mengecup bibirku. Kubalas dengan ganas. Bibirku
dikulumnya, lidahnya menjalar didalam mulutku sementara tanganku segera turun
mencari k ontolnya. Kuusap2, terasa sekali k ontolnya sudah ngaceng berat, keras
sekali, tanganku tak muat mengenggamnya, sungguh fantastis ukurannya. “Pak,
gede banget kon tolnya, kaya si bule aja”. “Kalo mo liat, buka ja celanaku”. Segera
celananya kubuka. Dia berdiri sehingga celana pendeknya meluncur ke lantai. k
ontolnya yang besar panjang itu nongol dari bagian atas CD nya. Kami kembali gelut.
Dia terus meremas-remas toketku sementara aku mengocok k ontolnya. “Pak keras
banget”, kataku sambil jongkok didepannya, melepas cdnya dan menciumi k
ontolnya. Kubimbing k ontol dalam genggamanku ke mulutku , uuhh.. susah sekali
memasukkannya karena ukurannya. Terasa asin waktu lidahku menyentuh
kepalanya, namun aku terus memasukkan lebih dalam ke mulutku lalu mulai memaju
-mundurkan kepalaku. Selain mengemut tanganku turut aktif mengocok ataupun
memijati biji pelirnya. “Uaahh.. ennakk banget, kamu udah pengalaman yah”
ceracaunya menikmati emutanku, k ontolnya kujilati seluruhnya kemudian
kumasukkan ke mulutku, kukulum dan kuisep2. Kepalaku mengangguk2 mengeluar
masukkan k ontolnya di mulutku.

Akhirnya dia gak tahan lagi. Aku ditariknya kekamarnya. Dilepaskannya celana
pendek dan kaosku. Aku dibaringkannya diranjang hanya memake cd. Sambil terus
meremas2 toketku tangan satunya nyelip ke balik cd. Otomatis pahaku
mengangkang, sehingga dia dengan mudah mempermainkan jembutku. “Pak, geli”,
erangku. “Geli apa nikmat Din”, tanyanya. “Dua2nya pak, Dina die ntot dong pak,
udah kepengin banget nih”, kataku to the point. CDku diplorotin, aku mengangkat
pantatku untuk mempermudah dia melepas cdku. “Din kamu napsuin banget deh”,
katanya. Dia langsung saja menindihku. k ontolnya diarahkan ke belahan n onokku
yang sudah basah dan sedikit terbuka, lalu dia menekan k ontolnya sehingga kepala
k ontolnya mulai menerobos masuk n onokku. Aku mengerang sambil menggelepar
merasakan kepala kon tolnya yang besar itu menerobos masuk. Baru kepalanya yang
masuk aja dah sesek no nokku jadinya, palagi kalo dia tancepin semuanya. Aku lupa
bahwa yang lagi memasukkan kon tolnya ke no nokku itu adalah suami ibu angkatku.
Lagi nikmat banget mana keinget yang begituan. Dia kembali menciumi bibirku.
Lidahnya menjulur masuk mulutku lagi dan segera kuisep2. Sementara itu dia terus
menekan pantatnya pelan2 sehinggga kepala k ontolnya masuk n onokku makin
dalam dan bless, k ontolnya sudah masuk setengahnya kedalam n onokku. “Aah, k
ontol bapak nikmat banget deh”, erangku sambil mencengkeram punggungnya.
Kedua kakiku kulingkarkan di pinggangnya sehingga k ontol besarnya langsung
ambles semuanya di n onokku. “Pak, ssh, enak pak, terusin”, erangku. Aku
menggeliat2 ketika dia mulai mengeluarmasukkan k ontolnya di n onokku. Aku
mengejang2kan n onokku meremes2 k ontolnya yang sedang keluar masuk itu. “Din,
nikmat banget empotan n onok kamu”, erangnya. Dia memelukku dan kembali
menciumi bibirku, dengan menggebu2 bibirku dilumatnya, aku mengiringi permainan
bibirnya dengan membalas mengulum bibirnya. Terasa lidahnya menerobos masuk
mulutku. Dia mengenjotkan k ontolnya keluar masuk makin cepat dan keras, aku
menggeliatkan pinggulku mengiringi keluar masuknya k ontolnya di n onokku. Setiap
kali dia menancapkan k ontolnya dalam2 aku melenguh keenakan. Terasa banget k
ontolnya menyesaki seluruh n onokku sampe kedalem. Karena lenguhanku dia makin
bernapsu mengenjotkan k ontolnya. Gak bisa cepet2 karena kakiku masih melingkar
pinggangnya, tapi cukuplah untuk menimbulkan rangsang nikmat di n onokku.
Kenikmatan terus berlangsung selama dia terus mengenjotkan k ontolnya keluar
masuk, akhirnya aku gak tahan lagi. Jepitan kakiku di pinggangnya terlepas dan
kukangkangkan lebar2. Posisi ini mempermudah gerakan k ontolnya keluar masuk n
onokku dan rasanya masuk lebih dalam lagi. Tidak lama kemudian aku memeluk
punggungnya makin keras “Pak, Dina mau nyampe pak”. “Kita bareng ya Din”,
katanya sambil mempercepat enjotannya. “Pak, gak tahan lagi pak, Dina nyampe
pak, aakh”, jeritku saking nikmatnya. Kakiku kembali kelingkarkan di pinggangnya
sehingga k ontolnya nancep dalam sekali di n onokku. n onokku otomatis
mengejang2 ketika aku nyampe sehingga bendungan pejunya bobol juga. “Akh Din,
aku ngecret”, dia mengerang sambil mengecretkan penjunya beberapa kali di n
onokku. Dengan nafas yang terengah engah dan badan penuh dengan keringat, aku
dipeluknya sementara k ontolnya masih tetep nancep di n onokku. aku menikmati
enaknya nyampe. Setelah gak ngos2an, dia mencabut k ontolnya dari n onokku.
k ontolnya berlumuran lendir n onokku dan pejunya sendiri. Dia berbaring disebelahku,
“Din, kamu nikmat banget deh kalo die ntot. Kamu yang paling nikmat dari semua
cewek yang pernah aku e ntot”, katanya sambil mengelus2 pipiku. “akhirnya ngaku
juga kalo sering ngen totin abege”. Dia tersenyum, “pantes ya cowok kamu demen
banget ngen totin kamu, nikmat banget ternyata”. “Pak Dina mo lagi dong”.
“So pasti Din, aku juga belon puas ngen totin kamu”. “Mangnya bapak bisa langsung
ngaceng lagi, kan baru ngecret di no nok Dina”. “Kamu liat ja nanti”.

Dia keluar kamar, mengambilkan aku minuman. aku langsung mereguk habis
minumannya. Dia mengambilkan lagi minuman dingin. Aku mereguknya habis. “Mau
lagi?” “Cukup pak”. Kalo masi aus juga, aku pindahin ja dispensernya ke kamar”.
Dia kembali berbaring disebelahku, dia mengusap2 pahaku. “Kamu cantik sekali,
Din”, katanya. Tangannya pidah ke bukit n onokku mempermainkan jembutku. Dia
bisa melakukan itu karena aku mengangkangkan pahaku. Tangannya terus
menjalar ke atas ke pinggangku. “Geli pak”, kataku ketika tangannya menggelitiki
pinggangku. Aku menggeliat2 jadinya. Segera tangannya meremes2 toketku.”Toket
kamu besar ya Din, kenceng lagi”, katanya. “Bapak suka kan”, jawabku. “Ya Din, aku
suka sekali setiap inci dari tubuhmu”, jawabnya sambil terus meremes2 toketku.
Segera dia mengecup bibirku, beralih ke leherku dan kemudian turun ke toketku.
Toketku diremes2nya, pentilku diemutnya. Tangan satunya langsung menerobos
jembutku dan mengilik2 i tilku. “Aakh pak, pinter banget ngerangsang Dina”,
erangku. Aku terus mengangkangkan pahaku supaya kilikannya di i tilku makin
terasa. Kilikan di i tilku membuat aku makin liar. Tanganku mencari k ontolnya,
kuremes dan kukocok2. k ontolnya langsung tegak berdiri dengan kerasnya. k
ontolnya kuraih, aku jilati. Pertama cuma kepalanya aku masukkan ke mulutku dan
kuemut2. Dia meraih pantatku dan menarik aku menelungkup diatasnya. Dia mulai
menjilati n onokku,aku menggelinjang setiap kali dia mengecup bibir n onokku.
Dengan kedua tangannya, dia membuka n onokku pelan2, terasa lidahnya menjulur
menjilati bagian dalam bibir n onokku. Aku melepaskan emutanku di k ontolnya dan
mengerang hebat, “Pak aakh”. Pantatku menggelinjang sehingga mulutnya melekat
erat di n onokku. “Terus pak aakh”, erangku lagi, kemudian terasa i tilku yang
menjadi sasaran berikutnya, aku makin mengerang keenakan. n onokku makin
kebanjiran lendir yang terus merembes, soalnya aku udah napsu banget. Cukup lama
dia mengemut i tilku dan akhirnya “Pak, Dina nyampe pak, aakh”, erangku. “Pak
nikmat banget deh, belum die ntot udah nikmat begini paak”. Aku memutar
badanku kesamping dan berbaring disebelahnya. Dia bangun dan mencium bibirku.
Dia mengambil minuman dingin dan diberikannya kepadaku. Aku minum untuk
meredakan napasku yang ngos ngosan.

Kemudian aku dinaikinya, ditancapkannya k ontolnya ken onokku dan didorongnya
masuk pelan2, “Pak, enak, masukin semuanya pak, teken lagi pak, akh”, erangku
merasakan nikmatnya k ontolnya nancep lagi di n onokku. Pak Anto mengenjotkan
keluar masuk, ketika k ontolnya sudah nancep kira2 separonya, dia menggentakkan
pantatnya kebawah sehingga langsung aja k ontolnya ambles semuanya di n onokku.
“Pak, aakh”, erangku penuh nikmat. Dia mengenjotkan k ontolnya keluar masuk
makin cepet, sambil menciumi bibirku sampe akhirnya, “Pak, Dina nyampe pak,
ooh”, aku mengejang2 saking nikmatnya. n onokku otomatis ikut mengejang2. Dia
meringis2 keenakan karena k ontolnya diremes2 n onokku dengan keras, tapi dia
masih perkasa. Kemudian dia mencabut k ontolnya dan minta aku nungging. Dia
menciumi kedua bongkahan pantatku, dengan gemas dia menjilati dan mengusapi
pantatku. Mulutnya terus merambat ke selangkanganku. Aku mendesis
merasakan sensasi waktu lidahnya menyapu naik dari n onokku ke arah pantatku.
Kedua jarinya membuka bibir n onokku dan dia menjulurkan lidahnya menjilati bagian
dalem n onokku. Aku makin mendesah gak karuan, tubuhku menggelinjang. Ditengah
kenikmatan itu, dia dengan cepat mengganti lidahnya dengan k ontolnya. Aku
menahan napas sambil menggigit bibir ketika k ontol besarnya kembali nancep di n
onokku. “Pak”, erangku ketika akhirnya k ontolnya ambles semuanya di n onokku.
Dia mulai mengenjotkan k ontolnya keluar masuk, mula2 pelan, makin lama makin
cepat dan keras. Aku kembali mendesah2 saking enaknya. Toketku diremes2nya
dari belakang, tapi enjotan k ontolnya jalan terus.

Ditengah kenikmatan, dia mengganti posisi lagi, dia duduk di sofa yang ada
dikamarnya dan aku duduk dipangkuannya membelakanginya. k ontolnya sudah
nancep semuanya lagi di n onokku. Aku mengangkat kedua tanganku dan
melingkari lehernya, lalu menolehkan kepalaku sehingga dia langsung melumat
bibirku. Aku semakin cepat menaik turunkan badanku sambil terus ciuman dengan
liar. Tangannya gak bosen2nya ngeremes toketku. Pentilku yang sudah keras itu
diplintir2nya. Gerakanku main liar saja, aku makin tak terkendali menggerakkan
badanku, kugerakkan badanku sekuat tenaga sehingga k ontolnya nancep dalem
banget. “Pak, Dina dah mau nyampe lagi pak, aduh pak, enak banget”, erangku. Tau
aku udah mau nyampe, dia mengangkat badanku dari pangkuannya sehingga k
ontolnya yang masih perkasa lepas dari n onokku. “Kok brenti pak”, tanyaku protes.
Aku ditelentangkan lagi diranjang, aku dinaikinya dan kembali ditancepkannya k
ontolnya kedalam n onokku. Dengan sekali enjot, k ontolnya sudah ambles
semuanya. Dia mulai mengenjotkan k ontolnya keluar masuk dengan cepat. n onokku
mulai berkontraksi, mengejan, meremes2 k ontolnya, tandanya aku dah hampir
nyampe lagi. Dia makin gencar mengenjotkan k ontolnya, dan “Pak, Dina nyampe
pak, akh”, jeritku. Diapun merasakan remesan n onokku karena nyampe. enjotannya
makin cepat saja sehingga akhirnya, “Din…” dia berteriak menyebut namaku dan
terasa pejunya ngecret dengan derasnya di n onokku. “Pak, nikmat banget ya malem
ini”, tanyaku. Dia mencabut k ontolnya dan terkapar disebelahku. Tak lama kemudian
aku terlelap karena lemes dan nikmat.

Aku terbangun karena sinar matahari yang menerangi kamar. Dia ternyata sudah
rapi dan membangunkanku dengan membuka tirai jendela. “Enak bener tidurnya Din,
Kita ke vila yuk, bisa berenang disana”. “Vila? Bapak punya vila?” “Punya temenku,
aku dah berapa kali minjem”. “buat ngen totin abege ya pak”. “Tau aja kamu, punya
bikini gak”. “Gak punya pak”. “Aku ada nih, tempo ari beliin buat abege yang aku
bawa tapigak jadi dikasihin”. “Bekas ya pak”. “Baru gres, belon dipake”. Segera aku
bangun, mandi dan sarapan seadanya. Bersama bapak sebentar kemudian aku dah
dimobilnya yang meluncur meninggalkan rumah. Sesampe di vila temennya yang
ternyata hanya sedikti keluar kota, segera aku turun dari mobil. Vilanya kecil, cuma 1
kamar tidur dengan kamar mandi didalem, ruang tamu yang merangkap ruang
keluarga dan ruang makan, serta dapur. Perabotan rumah ya standard aja, tempat
tidur dan lemari dikamar, sofa 1 set, meja makan, lemari perabot, lemari es, oven,
microwave, rice cooker, juicer, toaster dan mesin cuci serta meja strika dan
strikaannya. Di halaman belakang ada pool kecil dan saung yang tertutup rimbunnya
pepohonan. Halaman belakang memang ada pager tembok yang tinggi sehingga
cukup tertutup untuk melakukan aktivitas tanpa terlihat orang yang lewat. Aku
mengenakan bikini yang dikasi bapak, tidak terlalu minim sehingga
menyembunyikan jembutku agar tidak ngintip keluar. Aku berbaring didipan yang
ada disaung. Bapak keluar vila dengan membawa makanan yang tadi dibeli dijalan
dan minuman. langsung kucicipi. Dia kembali masuk ekdalam vila, katanya mo
beres2 vila karena dah lama gak dipake. aku hanya berbaring saja melamun, lama2
kantuk kembali menyerangku, sehingga tanpa terasa aku tertidur lagi.

Tidak tau berapa lama aku tertidur, aku terbangun karena ada suara yang menggeser
dipan disebelahku. Bapak tersenyum melihatku “Sori, aku mengganggu tidurmu?”.
“Dina, kamu cantik dan seksi sekali pake bikini”, katanya memuji. Kami terlibat
dalam obrolan yang seru, ngantukku langsung hilang. Tanpa terasa sudah menjelang
siang. Dia mengajakku makan siang, “Aku dah nyiapin tuh di meja makan”.
“Wah bapak jadi kerja sendiri nih, Dina malah ketiduran disini”. “Gak apalah,
sekalian kembaliin stamina, kan bentar lagi mo tempur lagi”.

Selesai makan, dia mengajakku kembali ke saung.Kami berbaring didipan, 2 dipan
yang disatuin cukup lebar buat kami. “Din, aku dah napsu liat badan kamu”, katanya.
Langsung kulirik selangkangannya, kelihatannya sudah mulai ngaceng karena
kelihatan celana pendeknya ngegelembung. Dia mengelus2 punggungku, terus
tangannya pindah mengelus pahaku, merayap makin dalam sehingga menggosok
nonokku dari luar CD bikiniku. Aku mengangkangkan pahaku sehingga jarinya
menggosok2 belahan n onokku, tetap dari luar cd. “Ssh pak”, erangku. “Din, dah
pengen ya, sampe sh sh an gitu”, tanyanya sambil tersenyum, jarinya terus saja
mengelus belahan n onokku dari luar.

Dia mulai menjilati pahaku, jilatannya perlahan menjalar ketengah. Aku hanya dapat
mencengkram sprei ketika kurasakan lidahnya yang tebal dan kasar itu menyusup ke
pinggir cd bikiniku yang disingkirkan dengan jarinya lalu menyentuh bibir n onokku.
Bukan hanya bibir n onokku yang dijilatinya, tapi lidahnya juga masuk ke liang n
onokku, rasanya wuiihh..gak karuan, geli-geli enak. Tangannya yang terus mengelus
paha dan pantatku mempercepat naiknya napsuku. Sesaat kemudian, dia menarik
lepas ikatan cd bikiniku. Dia mendekap tubuhku dari belakang dalam posisi
berbaring menyamping. Dengan lembut dia membelai permukaannya yang
ditumbuhi jembut. Sementara tangan yang satunya mulai naik ke toketku, darahku
makin bergolak ketika telapak tangannya menyusup ke balik braku kemudian
meremas toketku dengan gemasnya. Aku hanya terdiam dan meresapi dalam-dalam
elusan-elusan pada daerah sensitifku. Dia makin getol, jari-jarinya kini bukan hanya
mengelus n onokku tapi juga mulai mengorek-ngoreknya, cup bra-ku yang sebelah
kanan diturunkannya sehingga dia dapat melihat jelas toketku dengan pentil yang
sudah mengeras. Aku merasakan k ontol keras di balik celananya yang digesek-
gesek pada pantatku. Dia meremas-remas toketku dan terkadang memilin-milin
pentilnya. Remasannya semakin kasar dan mulai meraih yang kiri setelah dia
pelorotkan cup-nya. Ketika dia menciumi leherku, terasa olehku nafasnya juga sudah
memburu, bulu kudukku merinding waktu lidahnya menyapu kulit leherku disertai
kecupan. Aku hanya bisa meresponnya dengan mendesah dan merintih, bahkan
menjerit pendek waktu remasannya pada toketku mengencang atau jarinya
mengebor n onokku lebih dalam. Kecupannya bergerak naik menuju mulutku
meninggalkan jejak berupa air liur dan bekas gigitan di permukaan kulit yang dilalui.
Bibirnya akhirnya bertemu dengan bibirku menyumbat eranganku, dia
menciumiku dengan gemas. Dia bergerak lebih cepat dan melumat bibirku. Mulutku
mulai terbuka membiarkan lidahnya masuk, dia menyapu langit-langit mulutku dan
menggelikitik lidahku dengan lidahnya sehingga lidahku pun turut beradu dengannya.
Kami larut dalam birahi, aku memainkan lidahku di dalam mulutnya

Setelah puas berciuman, dia melepaskan dekapannya dan melepas kolor celana
pendeknya. Maka menyembullah k ontolnya yang sudah ngaceng dari tadi. Akupun
pelan-pelan meraih k ontolnya. “Ayo Din, emutin k ontolku” katanya. sementara
tangannya yang bercokol di toketku sedang asyik memelintir dan memencet pentilku.
Tangan kanannya tetap saja mempermainkan n onok dan i tilku. Aku menggelinjang
gak karuan, tapi k ontolnya tetap saja aku emut. Aku hanya bisa melenguh tidak jelas
karena mulutku penuh dengan k ontolnya yang besar. “Din, kita mulai aja ya. Aku
udah gak tahan nih pengen menikmati lagi n onok kamu”, katanya. Dia menelentangkanku,
ikatan braku dilepasnya dengan sekali tarikan. Dia mengambil posisi ditengah
kangkanganku, k ontolnya yang besar dan keras diarahkannya ke nonokku yang
sudah makin basah. Aku menggeliat2 ketika kurasakan betapa besarnya k ontol
yang menerobos masuk n onokku pelan2. n onokku berkontraksi kemasukan k ontol
gede itu. “Din, n onok kamu peret banget”, katanya sambil terus menekan masuk k
ontolnya pelan2. “Abis k ontol bapak besar sekali. n onok Dina belum pernah
kemasukan yang sebesar k ontol bapak, masukin terus pak, nikmaat banget deh
rasanya”, jawabku sambil terus menggeliat. Setengah k ontolnya telah masuk. Dan
satu sentakan berikutnya, seluruh k ontolnya telah ada di dalam n onokku. Aku hanya
memejamkan mata dan menengadahkan muka saja karena sedang mengalami
kenikmatan tiada tara.

Dia mulai mengenjotkan k ontolnya keluar masuk dengan pelan, makin lama
makin cepat karena enjotannya makin lancar. Terasa n onokku mengencang
meremas k ontolnya yang nikmat banget itu. Tangannya mulai bergerilya ke arah
toketku. ToketKu diremas perlahan, seirama dengan enjotan k ontolnya di n onokku.
Aku hanya menoleh ke kanan dan ke kiri, pinggulku mengikuti goyangan pinggulnya.
k ontolnya terus saja dikeluar masukkan mengisi seluruh relung n onokku. Sambil
mengenjotkan k ontolnya, dia mengemut pentilku yang keras dengan lembut.
Dimainkannya pentil kanan dengan lidahnya, namun seluruh permukaan bibirnya
membentuk huruf O dan melekat di toketku. Ini semua membuat aku mendesah
lepas, tak tertahan lagi. Dia mulai mempercepat enjotannya. Aku makin sering
menegang, dan merintih, “Ah… ah…” Dalam enjotannya yang begitu cepat dan intens,
aku menjambak rambutnya, “Aaahhh pak, Dina nyampee,” lenguhan panjang dan
dalam keluar dari mulutku. Aku udah nyampe. Tanganku yang menjambak rambutnya
itu pun terkulai lemas di pundaknya. Dia makin intens mengenjotkan k ontolnya.
Bibirku yang tak bisa menutup karena menahan kenikmatan itu pun dilumatnya,
dan aku membalasnya dengan lumatan juga. Kami saling berpagut mesra sambil
bergoyang. Tangan kanannya tetap berada ditoketku, meremas-remas, dan sesekali
mempermainkan pentilku. Terasa n onokku mencengkeram k ontol gedenya. “Uhhh,”
dia mengejang. Satu pelukan erat, dan sentakan keras, k ontolnya menghujam keras
ke dalam n onokku, mengiringi ngecretnya pejunya. Tepat saat itu juga aku
memeluknya erat sekali, mengejang, dan menjerit, “Aahhh”. Kemudian pelukanku
melemas. Aku nyampe untuk kedua kalinya, namun kali ini berbarengan dengan
ngecretnya pejunya.

Setelah dengusan napas mereda, dia mencabut k ontolnya dari n onokku dan
terkapar disebelahku. “Pak, k ontol bapak lemes aja udah gede, gak heran kalo
ngaceng jadi gede banget. Bener kata temen Dina, makin gede k ontol yang masuk,
makin nikmat rasanya”, kataku. “Iya Din, aku sering nge ntotin abege, tapi dengan
kamu yang paling nikmat. n onok kamu kenceng sekali njepit k ontolku dan
empotannya luar biasa”, katanya memuji. Aku cuma tersenyum, Tak lama kemudian
aku terlelap. Lemes dan nikmat. Aku terbangun menjelang sore. “Ayo mandi, abis itu
kita cari makan”, katanya sambil masuk ke vila dan langsung menuju kamar mandi.
Gak lama kemudian dia sudah keluar dari kamar mandi dan giliranku untuk
membersihkan diri. Setelah rapi berpakaian, dia mengajakku keluar, ternyata sudah
gelap. Dia mencari tempat makan yang banyak terdapat sekitar vila. Santai saja kita
makan malemnya, gak terasa telah lewat 2 jam di resto itu. Aku kenyang sekali
karena bapak memesan cukup banyak makanan dan minuman. Habis makan dia
mengajakku ke pub sederhana yang ada disebelah resto untuk melewatkan malam.
Lewat tengah malam baru kami kembali ke vila.

Aku membuka pakaianku dan hanya mengenakan daleman yang tipis berbaring
diranjang, diapun segera melepas pakaiannya meninggalkan cd nya saja dan
berbaring disebelahku. kemudian tangannya mulai meremas-remas pantatku dengan
gemas. setelah itu tangannya mulai menyusup ke dalam cdku dan meremas kembali
pantatku dari dalam. Kemudian, dia mengangkat satu kakiku dan menahannya
selagi tangan satunya meraih n onokku. “Ohh.. pak,” rintihku. kurasakan napsuku
mulai naik, Jarinya dengan lincah menggosok-gosok lubang n onokku yang mulai
basah. Nafasku juga mulai cepat dan berat. ia membuka cdku dan membuka lebar-
lebar pahaku sehingga n onokku terpampang lebar untuk dijelajahi oleh tangannya.
Dengan sigap tangannya kembali meraih n onokku dan meremasnya. Dia menjilati
telingaku ketika tangannya mulai bermain dii tilku. Napsuku sudah tak tertahankan lagi.

Aku mulai mendesah-desah tak keruan. Jilatan maut di telingaku menambah nafsuku.
Dia terus menekan-nekan i tilku dari atas ke bawah. aku meracau tak karuan.
“Ahh..Shh.. pak” desahku bernafsu. Jarinya dengan lihai menggosok-gosok dan
menekan i tilku dengan berirama. Rasanya bagaikan melayang dan desahanku
berubah menjadi rintihan kenikmatan. Tak sampai 15 menit kemudian, aku nyampe.
“Pak, nikmat banget, belum die ntot saja sudah nikmat,” desahku, tanganku
meremas tangannya yang sedang bermain di i tilku dengan bernafsu.

Di luar perkiraanku, dia malah memperkeras dan mempercepat gerakannya. Dia
merentangkan kedua pahaku. Kurasakan jilatan lidah di bibir n onokku, rasa
menggelitik yang luar biasa menyerang tubuhku. Jilatan itu menjalar ke i tilku,
kurasakan gigitan lembut di i tilku yang kian merangsang napsuku. Aku melenguh
keras disertai jeritan-jeritan kenikmatan yang seakan menyuruh dia untuk terus dan
tak berhenti. Melihat reaksiku, dia terus menggesekan jarinya di liang n onokku yang
sudah membanjir. Tak kuasa menahan nikmat, aku pun mendesah keras terus-
menerus. Aku meracau tidak beraturan. Kemudian kurasakan sensasi yang luar
biasa nikmatnya. Tak lama kemudian, n onokku mengeluarkan cairan deras bening,
aku nyampe untuk kedua kalinya. “Pak, ooh”, lenguhku. Dia membuka braku dan
meremas toketku dengan sangat keras. Aku melenguh, kemudian pentilku yang
menjadi sasaran berikutnya, dipilin dan dicubitnya pelan. Napsuku kembali berkobar,
n onokku kembali membasah, “Pak, e ntotin Dina sekarang, Dina udah napsu
banget pak”, erangku. Diapun mencopot cdnya, k ontol besarnya sudah ngaceng
berat mengangguk2. Dia menggesekkan kepala k ontolnya ke bibir n onokku yang
sudah basah. Aku merasakan sensasi lebih daripada jilatan lidahnya di n onokku
sebelumnya hingga kutanggapi sensasi luar biasa itu dengan rintihan keras
kenikmatan. “Ahh! pak.. Ohh.. e ntotin Dina” racauku.

Dengan perlahan bapak memasukkan kepala k ontol ke dalam n onokku, segera dia
menyodok-nyodok k ontolnya dengan kuat dan keras di n onokku. Rasanya nikmat
sekali. Dia mendesah terus-menerus memuji kerapatan dan betapa enaknya n
onokku. k ontolnya yang panjang dan besar terasa menyodok bagian terdalam n
onokku hingga membuatku nyampe lagi. “Pak, Dina nyampe, aakh nikmatnya”,
erangku. Kemudian dia membalikkan badanku yang telah lemas dan menusukkan k
ontolnya ke dalam n onokku dari belakang. Posisi doggie ini lebih nikmat karena
terasa lebih menggosok dinding n onokku yang masih sensitif. “Oh Dina.. n onokmu
bagaikan sorga”. Akhirnya setelah menggenjotku selama setengah jam, dia ngecret
didalam n onokku. Pejunya terasa dengan kuat menyemprot dinding n onokku. Dia
menjerit-jerit nikmat dan badannya mengejang-ngejang.

Tangannya dengan kuat meremas toketku dan menarik-narik pentilku. Setelah reda,
dia berbaring di sebelahku dan menjilati pentilku. Pentilku disedot-sedot dan
digerogotinya dengan gemas. Tampaknya dia ingin membuatku nyampe lagi.
Tangannya kembali menjelajahi n onokku, namun kali ini jarinya masuk ke dalam
n onokku. Dia menekan-nekan dinding n onokku. Ketika sampai pada suatu titik,
badanku mengejang nikmat dan dia tampaknya senang sekali hingga jarinya kembali
menggosok-gosok daerah rawan itu dan menekannya terus menerus.

Wow! Rasanya ajaib sekali! nikmatnya tak tertahankan. Ternyata itulah G-Spot. Aku
tidak bertahan lama dan akhirnya nyampe lagi untuk kesekian kalinya. Badanku
mengejang dan n onokku kembali berlendir. “Pak nikmat banget deh malem ini,lebih
nikmat dari semalem”, kataku. Pinter banget dia merangsang aku dan membuat aku
nyampe, baik pake k ontolnya maupun pake jarinya. Segera akupun tertidur
kelelahan.

Ketika aku terbangun hari udah siang, bapak masih saja mendengkur disampingku.
Aku bangun ke kekamar mandi untuk kencing, cuci muka dan sikat gigi. Ketika
kembali ke ranjang dia masih saja mendengkur. Aku ngintip dibalik korden kamar,
matahari udah tinggi juga. Aku melihat jam tanganku, udah jam 8 lewat. Korden
kusibakkan, dia terbangun karena silau, matanya dipicingkan untuk mengurangi
silaunya sinar yang masuk kamar. Kulihat k ontolnya sudah tegak seperti tiang
bendera. Dia ke kamar mandi, terdengar kloset berbunyi, rupanya dia kencing. gak
lama lagi terdengar dia menyikat gigi. Ketika dia kembali ke kamar, aku udah
berbaring di ranjang lagi menantikan serangan pagi. Aku melihat k ontol besarnya
masih aja ngaceng dengan kerasnya walaupun dia udah kencing. Dia duduk
disampingku dan mencium bibirku. “Pagi sayang, kita main lagi yo”, ajaknya.
Kembali dia menciumku, aku menyambut ciumannya dengan napsu juga, bukan
cuma bibir yang main, lidah dan ludah pun saling belit dan campur baur dengan
liarnya. Sebelah kakiku ngelingker di pinggulnya supaya lebih mepet lagi. Tangannya
mulai main, menjalari pahaku. Tangannya terus menjalar sampai menyentuh celah di
pangkal pahaku. n onokku digelitik-gelitik. Aku menggelepar merasakan jari-jarinya
yang nakal. Bibir kulepas dari bibirnya. “Hmmhhh…enak, pak.” jeritku. jari-jarinya
tambah nakal, menusuk lubang n onokku yang sudah berlendir dan mengocoknya.
Dia kembali menciumku. Aku ladenin ciumannya. Dia menindih badanku sambil
menciumku. Lidah ketemu lidah, membelit, dan saling menjilat. Aku menggumam
gumam kenikmatan, sambil berciuman dia menggoyang-goyang pinggulnya sampai
k ontolnya yang telah ngaceng lagi terasa kena di n onokku. Bosen ciuman, bibir
dan lidahnya menjalar ke kuping leher bahu, ketiak, terus ke toketku. Dia gemes
banget ngeliat pentilku yang lumayan gede, kecoklatan dan mencuat ke atas itu. Dia
menjilat pentilku dengan rakus sampai Aku ngerasa geli. Pentil sebelah kanan
digigitnya dengan lembut, lidah nya menggelitik pentilku di sela-sela gigi depannya,
sementara toket sebelah kiriku di remas-remas. Tubuhku menggelinjang karena geli
dan nikmat. Setelah beberapa saat di permainkan, toketku terasa mengeras dan
pentilnya tegak. Lendir n onokku mengalir dan terasa basah di perutku.

“Pak, gantian Dina yang ngemut k ontol bapak ya”, kataku sambil menelentangkan
badannya diranjang. Aku mulai beraksi. Kupegang k ontolnya dengan kelima jariku.
Kukocok-kocok batangnya perlahan. Dia menggumam pelan, “Enak Din, terus..”
Lidahku mulai merambat ke kepala k ontolnya, kujilati cairan yang mulai muncul di
lubang kencingnya. Lalu lidahku menggeser ke batangnya, menjelajahi tiap jenjang k
ontolnya. Tangan kiriku mengelus-mengelus biji pelernya. “Din…” gumamnya pelan.
“enak banget, geli-geli nikmat”. Aku hanya tersenyum ngeliat dia merem-melek
kayak gitu. Terus aku membuka mulutku dan menjejalkan k ontolnya masuk ke dalam
mulutku. k ontolnya kuisep kenceng-kenceng, lalu dengan mulut kukocok k ontolnya
turun naik turun naik, “uuuuggggghhhh…sedap..enak…mmmmhhhh…”, erangnya. Aku
lalu merubah posisiku untuk melakukan 69. aku di atasnya dan menyorongkan
pantatku ke mukanya. Dia nggak nunggu dua kali, langsung aja dia menjilati n
onokku yang berlendir dan merekah merah itu. Bibirnya menyedot lubang n onokku,
menghisap lendirnya. Lidahnya dimasukin ke dalam lubang n onokku, menjilati
dinding-dinding basah, sementara jari nya mempermainkan i tilku. Aku mengerang-
ngerang dengan k ontolnya di mulutku, menyuarakan kenikmatan. Lendir dari n
onokku membajir membasahi mukanya.

Aku melepaskan k ontolnya dari mulutku dan meminta dia menyodok aku dari
belakang. Waktu k ontolnya masuk, aku hanya merintih pelan. k ontolnya dienjotkan
keluar masuk dengan kencang, aku hanya bisa mengejang menahan nikmat.
Tangannya ikut nimbrung merangsang i tilku. Kocokan k ontol di n onokku dan kilikan
jarinya di i tilku membuat aku mengerang dan menjerit-jerit kenikmatan. Sudah dua
kali n onokku berkontraksi karena aku nyampe, tapi dia terus mengocok k ontolnya keluar masuk
sampai aku lemes. Cairan n onokku membecek, meleleh turun ke paha. Setelah aku
nyampe yang ke empat kali di ronde ke dua itu, dia akhirnya ngecret lagi.”Pak,
nikmat banget pagi ini, Dina sampe berkali2 nyampe baru bapak ngecret”, lenguhku
lemes. Dia mencabut k ontolnya dari n onokku dan menyiapkan sarapan untuk
berdua. orang. Aku segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri, ketika aku
sedang membilas badanku terdengar dia memanggil karena sarapan dah siap.
Selesai mandi aku keluar, makan pagi sudah tersedia di meja, bapak sedang
menikmati makan paginya. Segera aku nimbrung. Selesai makan, dia memelukku,
“Sudah waktunya pulang, kapan2 kita ulangi lagi ya berbagi kenikmatan ini ya Din.
“Terima kasih untuk malam yang indah bersamamu”. Dia menciumku, lama sekali.